Gelar terbaikku adalah Abdullah...
Aku bukanlah seonggok daging dengan sebuah nama saja
namun...
Aku adalah jiwa yang dibungkus daging itu
dan nama terbaikku adalah Abdullah
maka...
Kehidupanku tidak akan berakhir ditutup tanah
ketika keberadaan daging itu menghilang
Tidak...
tidak akan berakhir hanya dengan hilangnya bungkus itu
Kehidupanku akan terus berlangsung
hingga waktu yang tak terhingga
hari itu...
ketika materi pembungkus jiwaku mulai meluruh
adalah awal dari kehidupan yang panjang
menuju dua tempat sifat yang tak akan bersatu
berbeda ketika ia dulu di dunia
Kebaikan dan keburukan
Surga dan neraka
Ya... keduanya nyata
dan kita di dunia agar kita merasakan keduanya
Kebaikan dan keburukan
Selanjutnya agar kita memilih rasa mana yang akan kita jalani di kehidupan selanjutnya
Kehidupan yang panjang
Kampung akhirat
Selanjutnya memilih bekal dan tebusan
yang harus dibayar untuk mendapat salah satunya
Surga dengan kebaikan dan segala kesempurnaan
tebusannya adalah sesuatu yang berat dan bertolak belakang terhadap hawa dan nafsu
Neraka dengan keburukan dan segala kesempurnaan
tebusannya adalah sesuatu yang berat dan bertolak belakang terhadap akal dan hati yang lurus
Keduanya nyata dan telah ada
Surga dengan kebaikan dan segala kesempurnaan
Neraka dengan keburukan dan segala kesempurnaan
dan pengingat terbaik untuk keduanya
Kematian...
Aku bukan seonggok daging yang bernama
namun...
Aku adalah jiwa yang dibungkus daging itu
dan...
Gelar terbaikku adalah Abdullah...
Solo, 18-4-14
TAMAN PERSAUDARAAN
Ukhuwah islamiyah adalah sebuah lingkaran. Jauh ataupun dekat. Saat kita berkumpul dalam kajian rutin setiap sepekan sekali, itu sebuah lingkaran. Lingkaran yang kecil. Saat kita sedang dalam kesibukan kita masing-masing juga sebuah lingkaran. Lingkaran yang besar. Pada saat itu lingkaran kita sebenarnya sedang melebar sejauh jarak kita.
Jumat, 25 April 2014
Rabu, 27 November 2013
Sejenak
Saudaraku yang semoga dirahmati Allah swt, mari kita sejenak
merenung, melihat keadaan saudara-saudara kita di belahan lain bumi ini. Pada
kesempatan ini, mari kita lihat saudara kita di Palestina, Syiria dan Mesir.
Saudaraku, ketika kita melihat kondisi mereka sudah
seharusnya kita bersyukur kepada Allah SWT. Kita yang tinggal di Indonesia
dalam keadaan yang aman. Keselamatan jiwa kita tidak terancam oleh konflik.
Selain itu banyak kemudahan yang kita rasakan. Kita pergi ke masjid mudah,
tidak ada ancaman. Pergi ke sekolah atau ke kampus untuk menuntut ilmu mudah
dan aman. Pelayanan kesehatan mudah dan bisa kita dapatkan. Kebutuhan bahan
makanan pun juga mudah. Kebutuhan transportasi juga mudah. Begitu pula dengan
kemudahan-kemudahan lain yang bisa kita peroleh di negeri ini. Sangat berbeda
dengan saudara- saudara kita di tiga tempat yang menjadi perhatian kita saat
ini bukan?
Namun, apakah syukur kita sudah seimbang dengan
kemudahan-kemudahan yang Allah SWT berikan kepada kita saat ini?
Saudaraku, kita masih saja setengah hati dalam menjalankan
hal-hal yang Allah swt perintahkan. Kita masih suka menunda-nunda dalam
melaksanakan perintah tersebut. Bahkan terkadang kita mengabaikan perintah
Allah swt tersebut. Selain itu kita juga masih sering melanggar
larangan-larangan yang Allah SWT sudah berikan kepada kita. Astaghfirullah.
Bagaimana dengan saudara-saudara kita disana?
Mereka teguh dengan yang mereka yakini dan jalani, yaitu
islam. Mereka tetap menjalani islam ini dengan sebaik-baiknya walaupun jiwa
mereka terancam. Dan kondisi mereka memang memperlihatkan siapa yang muslim
sejati, siapa yang munafiq, siapa yang kafir. Namun apakah kita yang ada di
negeri ini harus menunggu kondisi kita
sama dengan saudara kita yang disana agar kita bisa dan baru mau menjalani
islam ini dengan sepenuh hati?
Kita tentu tidak menginginkan hal seperti itu terjadi di
negeri ini. Benar begitu saudaraku?
Jadi, mari kita jalani islam ini dengan baik. Sesuai yang sudah
dicontohkan oleh baginda Rasulullah SAW, sahabat-sahabatnya, serta
generasi-generasi sesudahnya yang berada di jalan sama. Mudah-mudahan Allah swt
memberikan hidayah kepada kita semua. Aamiin.
Kembali melihat keadaan saudara-saudara kita yang ada
disana. Ujian yang mereka hadapi sebenarnya bukan untuk sebagian orang saja,
juga bukan untuk golongan tertentu saja. Ujian terhadap saudara kita di
Palestina, bukan hanya untuk mereka saja. Ujian terhadap saudara kita di Syiria
bukan untuk sunni saja. Ujian terhadap Mesir bukan untuk Ikhwanul Muslimin
saja. Tetapi itu semua adalah ujian bagi umat islam seluruhnya. Ujian bagi
orang-orang yang menginginkan dan memperjuangkan tegaknya kalimat tauhid di
atas muka bumi ini.
Musuh yang kita hadapi sebenarnya sama, yaitu orang-orang
yang memusuhi islam dan sistem yang mereka buat untuk memalingkan serta memecah
belah persatuan umat islam. Saudaraku, boleh jadi kekacauan yang terjadi saat
ini merupakan salah satu tipu daya musuh kita yang ingin memecah belah
persatuan kita. Mereka ingin agar konsentrasi kita terpecah. Kaum sunni fokus
ke Syiria. Ikhwanul muslimin fokus ke Mesir. Begitu seterusnya. Sehingga
kekuatan umat islam terpecah dan boleh jadi musuh kita menginginkan terjadinya
fanatik golongan. Kita menjadi tidak peduli terhadap saudara kita di golongan
lain, padahal sebenarnya tujuan kita adalah sama yaitu tegaknya kalimat tauhid
di muka bumi meski jalan yang kita tempuh berbeda.
Musuh inginkan kita lupa akan goresan luka yang mereka buat dalam tubuh kita.
Dengan membuat goresan luka yang baru untuk mencapai tujuan mereka. Begitu
kejam. Mereka inginkan perhatian kita berpindah pada luka yang baru, padahal
luka lama masih menganga. Kemudian mereka membuat luka itu semakin terasa dan
bertambah parah seiring bergantinya masa”
“ Musuh inginkan kita lupa bahwa kita satu
tubuh. Ketika salah satu bagian tubuh merasakan sakit maka tubuh yang lain juga
merasakan sakit”.
Saudaraku, mari kita lengkapi warna-warni usaha kita dengan
jalan-jalan yang telah ditunjukan oleh Allah SWT. Dan ingat bahwa apapun
wasilah yang kita gunakan tujuan kita sama, yaitu tegaknya kalimat tauhid di
muka bumi ini dan tentunya dalam bingkai ridho Allah SWT.
Solo, 26 November 2013.
Rabu, 20 November 2013
Dimanakah kita sekarang?
Apa kabar saudaraku? Mudah-mudahan selalu dalam limpahan kasih sayang Allah swt, selalu dalam limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Maaf ya. Blog ini mati suri untuk beberapa waktu. Mudah-mudahan mulai saat ini bisa bisa terus konsisten untuk berbagi dengan saudara-saudara sekalian. Aamiin. Nah, saya ingin berbagi dengan saudara-saudara sekalian. Kali ini tentang materi yang saya dapatkan ketika mendatangi sebuah pengajian di UNS beberapa waktu yang lalu, yaitu tanggal 1 November 2013 dengan pengisi Ust. Rahayu.
Saya teringat kata-kata salah seorang ustadz yang menjelaskan makna al ashr secara bahasa yang berarti memeras sesuatu hingga mulai mengeluarkan air. Beliau menyampaikan bahwa itulah waktu seseorang bisa bekerja dengan maksimal. Jika sebelum itu atau kita sebut waktu dzuhur, pekerjaan yang kita lakukan belum maksimal karena sebenarnya masih banyak tenaga yang ada dan dengan tenaga tersebut kita masih bisa mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang besar. Apabila telah melewati waktu ashar atau kita sebut waktu maghrib, kita tidak bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan lain secara maksimal karena tenaga kita sudah habis dan kita dalam keadaan lelah.
Apabila waktu di atas dibandingkan ke umur seseorang, beliau mengatakan bahwa waktu ashar adalah sekitar umur 50 an, waktu dzuhur adalah sekitar umur 40 an. Jadi, pencapaian hasil kerja seseorang dalam kondisi maksimal adalah sekitar umur 50an, maka tidak heran apabila orang yang bekerja di instansi pemerintah atau swasta pensiun di umur 50 an.
Melihat perbandingan umur di atas, dimanakah posisi remaja atau muda-mudi seusia kita? Beliau mengatakan bahwa posisi kita ada di waktu dhuha. Masih awal dari perjalanan hidup kita di dunia ini. Namun, apakah maksud sebenarnya kita mengetahui hal ini? Yaitu, agar kita mendapat motivasi untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang besar. Usia kita masih sangat muda. Jatah umur yang tersisa masih banyak. Insya Allah. Tenaga masih banyak. Banyak hal yang masih bisa kita kerjakan. Jadi, mari kita bersemangat untuk mengerjakan urusan-urusan kita.
Tetapi kemudian beliau mengingatkan kita. Hasil apapun yang kita raih di waktu ashar kita nanti (pekerjaan maksimal yang bisa kita selesaikan), kita tetap dalam keadaan merugi, menderita, sengsara. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh serta saling menasihati di dalam kebenaran dan kesabaran. Apalagi jika pekerjaan yang kita lakukan hanya bertujuan untuk dunia saja. Bukan untuk mencari keridhoan Allah swt. Mengapa merugi? Karena sangat singkat. Jika umur rata-rata setiap orang misalkan adalah 60 tahun. Berapa bagian dari waktunya yang digunakan untuk mencari, menikmati hasil, dan mengistirahatkan diri? Misalkan, jika kita bekerja 8 jam setiap hari berarti proses mencari itu sebanyak sepertiga umur kita, 20 tahun . Kemudian jika waktu mengistirahatkan diri adalah 8 jam setiap hari, berarti proses mengistirahatkan diri itu sebanyak sepertiga umur kita, yaitu 20 tahun. Lalu sisanya, apakan utuh kita gunakan untuk menikmati? Waktu yang kita gunakan untuk menikmati hasil jerih payah kita sangat sedikit, tidak ada setengah dan boleh jadi sepertiga pun kurang. Mudah-mudahan kita tidak tergolong orang-orang yang merugi.
Lalu, bagaimana agar kita tidak merugi? Yaitu, kita lakukan bagian-bagian pekerjaan kita di atas dengan dilandasi niat mengharapkan ridho Allah swt. Hal ini bisa kita lihat dari teladan yang telah ada pada diri Rasululullah Muhammad saw. Umur beliau 63 tahun, tetapi ajarannya berupa ilmu teori, praktik, akhlak dan contoh-contoh lainnya telah melintasi ruang dan waktu. Ruang, yaitu ajarannya telah menyebar ke penjuru dunia. Waktu, yaitu ajarannya menyebar sampai saat ini. Selain hal tersebut, apa yang telah dibawa beliau dari Allah swt, menjadi investasi besar di dunia dan di akhirat.
Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang-orang yang merugi. Mudah-mudahan kita masuk kedalam golongan orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, serta menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Allahumma Aamiin.
Kamis, 13 Juni 2013
Pesan dari Merapi
Tarikan pena menari di atas lembar cinta
Membekas jelas
Titipan pesan yang disampaikannya
Ketika seorang wanita bercerita
Tentang merapi dan anak-anaknya
"Datanglah kemari. . .
terkoyaknya hati menjadi saksi puluhan anak merapi menjadi target sebuah misi
Terbohongi
Teracuni
Tak mengerti?
Maka datanglah kemari. . .
Kau akan mengerti
Kau berarti
Beriring pengabdian yang kau beri
Mendampingi anak merapi mendapatkan kembali FITRAHNYA DIRI"
Solo, 12 Mei 2012
Setelah seorang wanita bercerita tentang sebuah misi asing di Merapi.
Membekas jelas
Titipan pesan yang disampaikannya
Ketika seorang wanita bercerita
Tentang merapi dan anak-anaknya
"Datanglah kemari. . .
terkoyaknya hati menjadi saksi puluhan anak merapi menjadi target sebuah misi
Terbohongi
Teracuni
Tak mengerti?
Maka datanglah kemari. . .
Kau akan mengerti
Kau berarti
Beriring pengabdian yang kau beri
Mendampingi anak merapi mendapatkan kembali FITRAHNYA DIRI"
Solo, 12 Mei 2012
Setelah seorang wanita bercerita tentang sebuah misi asing di Merapi.
Langganan:
Postingan (Atom)